Nonakademik
Perjuangan Fatma Di Balik Karya Juara Video Kreatif Festren VIII UIN RIL Lampung

Perjuangan Fatma Di Balik Karya Juara Video Kreatif Festren VIII UIN RIL Lampung

perjuangan-fatma-di-balik-karya-juara-video-kreatif-festren-viii-uin-ril-lampung

Bandarlampung,  Ketika Fatma Ayu Bunga Mutia menyentuh piala kemenangannya di Festival Pesantren ke-VIII yang diadakan oleh UIN Raden Intan Lampung, bukan hanya sebuah trofi yang ia genggam, melainkan kenangan akan perjuangan panjang yang menemaninya.

Video kreatif berjudul “Peran Santri Nusantara dalam Akulturasi Budaya” yang berhasil mengantarkannya sebagai juara pertama, lahir dari tantangan yang tak mudah.

“Semuanya sudah saya  persiapkan jauh sebelum hari lomba,” ucap Fatma, matanya berkaca-kaca penuh antusias mengisahkan perjuangannya, Sabtu (19/10/2024).

Dia tahu, persiapan matang adalah kunci agar tidak kelimpungan ketika deadline mendekat. Namun, persiapan saja ternyata tidak cukup.

Hari pengambilan video pun tiba, dan situasinya jauh dari kata tenang. “Saya harus berebut tempat dengan peserta lain,” katanya sambil tertawa kecil, mengingat bagaimana setiap sudut lokasi dipenuhi orang-orang yang berusaha menangkap momen terbaik.

Fatma harus cepat mengambil momentum untuk video berdurasi 2 menit 40 detik. Yang lebih menantang, ia hanya menggunakan handphone Android. Sementara peserta lain ada yang pakai drone dan peralatan canggih lainnya.

“Hasil videonya agak goyang, tapi kami bisa memperbaikinya sedikit dengan Google Foto,” katanya.

Meski begitu, keterbatasan alat tidak mematahkan semangatnya. Justru di situ, kreativitas Fatma diuji. Lewat aplikasi CapCut, ia mengedit dan menyusun video hingga tampil memukau.

“Kami tidak punya alat canggih, tapi itu bukan alasan untuk tidak berusaha,” tambah Fatma yang juga seorang aktivis dan pernah menjadi Ketua OSIS MAN 1 Pringsewu.

Di balik keberhasilannya, Fatma tidak sendirian. Dia mendapat bantuan dari Mr. Faizin, pembina jurnalistik di MAN 1 Pringsewu, serta Radit, alumni yang pernah memenangkan lomba serupa.

“Mereka membantu kami dari awal sampai akhir, memberikan arahan soal teknik pengambilan video dan editing. Saya benar-benar belajar banyak,” ujarnya, penuh rasa syukur.

Selain visual yang menawan, video Fatma juga dibalut dengan musik klasik Nusantara. Musik itu, digabung dengan dubbing yang kuat, membuat videonya menonjol di antara karya-karya lainnya.

“Kami ingin menunjukkan bahwa santri bukan hanya penjaga ilmu agama, tapi juga pelestari budaya,” katanya Anggota PD Jurnalistik ini.

Melihat hasil akhirnya, Fatma menyadari bahwa kemenangan ini bukan sekadar soal penghargaan. Ini adalah bukti bahwa kreativitas dan kerja keras bisa melampaui segala keterbatasan.

Dengan alat sederhana dan bimbingan dari orang-orang di sekitarnya, Fatma mampu menciptakan sesuatu yang menginspirasi. “Saya belajar bahwa yang paling penting adalah percaya pada proses, dan tidak takut mencoba meskipun tantangannya besar,” ucapnya.

Fatma Ayu, teringat pesan Pembina Jurnalistik MAN 1 Pringsewu bahwa jurnalistik adalah dunia kreativitas. Iniadalah bukti nyata bahwa kreativitas tidak terbatas pada alat yang dimiliki, melainkan pada usaha dan keyakinan di baliknya. (Muhammad Faizin)

0

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *