
Tekad Raih Adiwiyata, MAN 1 Pringsewu ‘Perang’ Melawan Sampah Plastik

Pringsewu – Dalam upaya meraih predikat Sekolah Adiwiyata, MAN 1 Pringsewu meluncurkan kebijakan ramah lingkungan dengan mewajibkan siswa membawa tumbler dan bekal dari rumah. Program ini bertujuan untuk memerangi dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai sekaligus menumbuhkan kesadaran ekologis di kalangan siswa, guru, dan seluruh warga madrasah.
Sampah plastik dikenal sebagai ancaman serius bagi lingkungan. Mikroplastik dapat mencemari air, merusak struktur tanah, serta mengganggu rantai makanan. Sementara itu, pembakaran plastik menghasilkan gas beracun yang mencemari udara. Selain berdampak ekologis, sampah juga mengganggu estetika lingkungan, menimbulkan bau tidak sedap, dan menjadi tempat berkembangnya hama serta sumber penyakit.
Dina Kurniati, petugas kesehatan UKS MAN 1 Pringsewu, menjelaskan bahwa kebijakan membawa tumbler dan wadah makanan sendiri merupakan langkah kecil namun berdampak besar.
“Dengan membawa tumbler dan bekal dari rumah, kita mengurangi penggunaan botol plastik dan styrofoam. Ini bukan sekadar gerakan simbolis, melainkan langkah konkret dalam menekan timbulan sampah dari sumbernya,” ujarnya saat diwawancarai Laskar Tinta Emas, Kamis (22/5/2025)
Meski program ini masih tergolong baru, Ibu Dina mengakui bahwa tantangan tetap ada.
“Saat ini, masih banyak siswa yang menggunakan kemasan plastik sekali pakai atau kertas. Kami terus melakukan edukasi agar siswa terbiasa membuang sampah pada tempatnya dan memanfaatkan fasilitas kotak sampah terpilah yang telah disediakan,” jelasnya.
Salah satu siswa, Faqih Jidan dari kelas XI A1, menyambut baik kebijakan ini dan berharap seluruh siswa dapat ikut ambil bagian.
“Menurut saya, membawa bekal dan tumbler dari rumah bisa secara nyata mengurangi sampah. Kalau semua siswa disiplin, lingkungan sekolah akan lebih bersih, nyaman, dan sehat,” ungkapnya.
Melalui program Adiwiyata ini, MAN 1 Pringsewu jelasnya, bertekad menjadi sekolah percontohan dalam pengelolaan sampah dan penerapan gaya hidup ramah lingkungan. Harapannya, gerakan ini tidak hanya menjadi kebiasaan, tetapi tumbuh menjadi budaya yang tertanam dalam keseharian warga madrasah. (Deo Asmat Iftah Sidiq)