
Guru MAN 1 Pringsewu Ikuti Kegiatan Agen Perdamaian di Sekolah

Bandar Lampung — Upaya membangun budaya damai di lingkungan pendidikan terus diperkuat melalui Pelatihan Peningkatan Kapasitas Integrasi Pendidikan Perdamaian bagi guru jenjang SLTA se-Provinsi Lampung yang mencakup SMA, SMK, dan MA.
Kegiatan yang digelar pada 14–15 Mei 2025 di Hotel Arinas, Bandar Lampung ini merupakan kerja sama antara Dinas Pendidikan Provinsi Lampung dan Kementerian Agama Provinsi Lampung. Kegiatan pelatihan ini secara resmi dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Lampung Thomas Amirico.
Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya peran guru dalam menanamkan nilai-nilai perdamaian sejak dini kepada generasi muda, sebagai fondasi bagi kehidupan bermasyarakat yang harmonis dan beradab.
Pelatihan ini menghadirkan narasumber utama dari Jakarta, Defit, penulis modul Pendidikan Perdamaian “EKSPEDISI ULUN LAMPUNG”. Modul ini dinilai sangat menarik karena mengangkat nilai-nilai perdamaian melalui filosofi kearifan lokal budaya Lampung.
Dengan metode gamifikasidan experiential learning, para peserta dilatih untuk menyampaikan materi secara interaktif, kreatif, dan menyenangkan.
Salah satu peserta, Siti Aminah, guru delegasi dari MAN 1 Pringsewu, menyampaikan antusiasmenya terhadap pelatihan ini. “Saya merasa senang bisa mengikuti pelatihan ini. Kami diajak memahami cara mengajak siswa belajar dengan gaya yang menyenangkan sekaligus membangun kesadaran akan pentingnya mitigasi dan pencegahan konflik,” katanya.
“Pendekatannya sangat menyentuh, karena berbasis pada budaya lokal dan nilai-nilai Lampung, seperti mengatasi bias dan prasangka, serta menerapkan empat piil: piil pasenggikhi, nemui nyimak, nengah nyappur, juluk adek, dan sakai sambayan,” imbuhnya.
Dalam kegiatan ini juga dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Dinas Pendidikan Provinsi Lampung dan Kementerian Agama Provinsi Lampung, sebagai bentuk komitmen untuk mengintegrasikan pendidikan perdamaian ke dalam kurikulum sekolah dan madrasah.
Koordinator kegiatan, Agustinus, menyampaikan harapannya agar para guru yang telah mengikuti pelatihan mampu menjadi agen perubahan di sekolah masing-masing.
“Kami berharap ilmu yang didapat bisa diimbaskan kepada rekan sejawat dan diimplementasikan dalam proses pembelajaran bersama siswa,” ujarnya.
Kegiatan ini ia harapkan menjadi langkah konkret dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang damai, inklusif, serta menjunjung tinggi nilai-nilai budaya lokal dan harmoni sosial.